Template Information

Home » , » Cara Efektif Mendidik Anak

Cara Efektif Mendidik Anak

Di dalam Islam, Rasulullah SAW sudah mengajarkan dan memberikan “guidance” kepada kita bagaimana cara kita mendidik anak-anak kita. Ada beberapa cara yang bisa kita jadikan rujukan utama untuk mendidik anak-anak kita.
  1. Mendidik dengan keteladanan
    Setiap anak akan belajar dari lingkungan di mana dia berada. Orang-orang di sekelilingnya akan menjadi model dan contoh dalam bersikap. Sudah selayaknyalah kita memberi keteladanan kepada anak-anak kita. Satu-satunya teladan yang menjadi panutan kita adalah Rasulullah SAW. kemarahan.
  2. Mendidik dengan kebiasaan
    Suatu kebaikan harus dimulai dengan pembiasaan. Anak dibiasakan bangun pagi, anak dibiasakan Sholat Shubuh, dsb. Pembiasaan itu harus kita mulai sejak dini, bahkan pembiasaan membaca al Qur’anpun bisa dimulai sejak dalam kandungan. Sehingga dalam Islam pembiasaan shalatpun juga sudah dimulai sejak anak berumur 7 tahun.
  3. Mendidik dengan nasehat
    Anak sebagai wujud manusia kecil, juga terdiri dari jasad dan hati. Mereka pun dilahirkan dalam keadaan yang bersih dan suci. Hatinya yang putih dan lembut itupun akan mudah tersentuh dengan kata-kata yang hikmah. Menasehati akan lebih berkesan daripada memarahi. Itu pulalah yang dicontohkan oleh rasulullah kepada kita ketika beliau mendidik para sahabat.
  4. Mendidik dengan hukuman
    Di dalam Islam, menghukum diperbolehkan selama tidak berlebihan dan menimbulkan efek jera kepada anak agar tidak mengulangi perbuatannya. Akan tetapi harus diperhatikan adab-adabnya, jangan sampai berlebihan yang akhirnya akan membuat anak menjadi dendam.
Wallahu’alam bishawab.

Bantu Anak Mengelola Rasa Marah

Berbagai pertanyaan mengenai bagaimana caranya menghadapi anak yang pemarah, seringkali muncul. Ini adalah diantaranya : “Kami bingung ketika menghadapi anak kami yang pemarah, selalu meledak-ledak, ngambek dan sulit sekali bila tidak dituruti, sebagai orang tua apa yang harus kami pahami agar dapat menghadapi masalah ini dengan kepala dingin?”

Memiliki anak yang pemarah memang tidak dikehendaki oleh hampir semua orang tua. Tetapi sebenarnya emosi marah cukup penting dan boleh-boleh saja diekspresikan, akan tetapi anak-anak juga perlu diajarkan dan diberikan contoh bagaimana mengelola rasa marah dengan baik. Oleh karena itu banyak hal yang perlu diketahui oleh para orang tua, seperti memahami kemarahan anak dan apa yang melatarinya, termasuk juga memahami taraf perkembangan emosi anak.

Apa Marah itu?
Rasa marah adalah keadaan emosi yang muncul karena keinginan yang dihambat atau rasa frustasi. Pada anak-anak, sumbernya bisa berasal dari konflik antara kebutuhan yang tidak terpenuhi, mengalami kekerasan fisik, konflik verbal (dikata-katai oleh teman, perang mulut dengan teman, dll) , mengalami penolakan atau dipaksa melakukan sesuatu yang tidak disukai.
Memahami rasa marah berhubungan dengan memahami emosi yang melatarinya. Kemampuan anak untuk memahami emosi, masih sangat terbatas, hingga orang tua berperan membantu anak untuk memahaminya.

Hal-hal yang harus dipahami antara lain :
Memori
Memori berkembang sejak masa kanak-kanak awal. Usahakan agar anak lebih dapat mengingat hal-hal atau aspek yang dapat menimbulkan kemarahan, sehingga orang tua dapat mewaspadai situasi-situasi atau pola interaksi yang dapat memicu kemarahan anak.

Sosialisasikan pada anak untuk mengembangkan cara-cara yang tidak agresif dalam mengekspresikan rasa marahnya (contoh; bila kakak kesal karena mainan di rusak oleh adik, ajarkan untuk tidak memukul adik tapi cukup berkata dengan tegas pada adik bahwa ia tidak boleh merusak mainan kakak) , dan kemudian bantu untuk selalu mengingat cara-cara tersebut ketika ia marah.

Bahasa
Anak kadang mengalami emosi senang, sedih ataupun marah. Kondisikan anak agar selalu dapat mengkomunikasikan perasaan-perasaannya dengan ayah, ibu atau guru. Sebab hal itu akan membantunya memahami emosi dan apa yang sedang dirasakan. Dan juga akan membantu orang tua untuk mengenali apa yang dirasakan oleh anak.

Kontrol Diri
Kontrol diri berkaitan dengan kemampuan mengontrol dorongan, menunda keinginan dan mengatasi kekecewaan. Pada anak kemampuan ini masih sangat minim, tetapi ini merupakan dasar untuk mengembangkan kemampuan mengatasi/mengatur rasa marah (anger regulation).

Bagaimana memahami dan mengelola kemarahan ?

Ciptakan iklim di rumah yang nyaman
Lingkungan yang nyaman, sehat dan tentram membantu anak mengerti berbagai macam perasaan baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Anak juga lebih dapat memahami aturan, norma dan ajaran orang tua dengan lebih jelas.

Orang tua sebagai contoh
Orang tua bertanggung jawab terhadap pengelolaan rasa marahnya dan mengekspresikannnya dalam bentuk yang tidak agresif. Orang tua yang tidak mampu mengelola kemarahan akan memberikan contoh yang buruk pada anak. Penelitian menunjukkan anak-anak yang diasuh oleh orang tua yang sering marah akan menunjukkan kemampuan yang minim dalam memahami emosinya (Denham, Zoller, & Couchoud, 1994).

Bantu anak mengembangkan kemampuan kontrol diri
Membiasakan situasi untuk tidak selalu menuruti segala keinginan anak dengan segera serta melatih kemampuan anak untuk menunda keinginannya. Berikan alasan yang logis, dan bila orang tua membuat janji akan sesuatu hal yang perlu ditunda, usahakan untuk menepatinya. Kemudian berkomunikasi dan berdialog dengan anak ketika anak merasa kecewa akan membantunya mengatasi rasa sakit dan kecewa yang dialaminya.

Mengembangkan kemampuan mengenali perasaan-perasaan marah
Ketika anak merasa marah coba berkomunikasi dengan mereka. Tanyakan apa yang dirasakannya? Apakah tersinggung, kesal, tidak suka, geram dan lain-lain. Ajarkan anak untuk dapat mengidentifikasikan perasaannya sendiri.

Ketika anak mengkomunikasikan perasaannya, Dengarkan!!!
Dengarkan setiap keluh kesah, curahan hati dan protes anak tanpa membuat tuduhan (judgement), kritik dan evaluasi yang membuat anak merasa lebih buruk. Sedikit meluangkan waktu sibuk anda untuk mendengarkan keluh kesah sang buah hati, akan memberikan dampak positif yang besar dalam kehidupan mereka kelak.
Gunakan waktu mendongeng atau membacakan buku cerita sebagai moment dalam memberikan pemahaman mengenai rasa marah. Dalam suasana yang tenang seperti dongeng dan membaca buku cerita, anak-anak akan lebih mudah untuk diam, mendengarkan dan memahami dengan lebih baik. Ceritakanlah kisah-kisah atau orang -orang yang suka marah dan tidak disukai. Cerita tentang raja kodok yang pemarah akan membuat rakyatnya menderita dan akan merugikan diri sendiri akan membantu anak memahami bahwa marah yang agresif dan berlebihan itu tidak baik.

Mendidik anak agar Sholih dan Cerdas


Karena, selain anugerah, anak juga merupakan amanah ”berat” yang dititipkan Allah kepada orang tuanya, terlebih lagi di tengah-tengah merosotnya nilai-nilai etika, moral dan gencarnya serangan permisifisme (budaya serba boleh) melalui media elektronik, tanggungjawab orang tua menjadi kian berat anak memang anugerah, bahkan di dalam al-Qur’an dikatakan sebagai persiapan hidup, ”Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia...” (QS. Al-Kahfi : 46)

Bayangkan, jika hidup kita tanpa perhiasan, semuanya akan terasa suram. Untuk itu kita patut bersyukur ata nikmat Allah yang dititipkannya melalui anak-anak kita. Rasa syukur itu dapat kita wujudkan dengan mengasuh dan mendidik mereka berlandaskan fitrah dan kasih sayang. Selain sebagai anugerah, anak diberikan kepada orant tuanya sebaga amanah ”berat” untuk dipelihara, dididik dan dibina agara berkualitas dan tangguh.

Seperti diperintahkan dalam al-Qur’an, ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakanga merke anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereke bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS.An-Nisaa’ :9).

Setiap orang tua harus menyadari amanah ini. Karena orang tualah yang bertanggun jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Jika orang tua tak memiliki kemampuan untuk mendidik, tanggungjawabnya memang dapat dibagi kepada kepada guru di sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Namun peran sentral harus tetap pada orang tua. Caranya, orang tua dapat memilih guru atau sekolah untuk anak-anaknya dengan kriteria yang tepat. Misalnya, guru atau sekolah yang dipilih harus mampu membina anak-anak dengan berbagai disiplin ilmu atas dasar akidah, akhlak, dan ajaran Islam.

Didiklah anak-anakmu pada tiga perkara: mencintai Nabimu, mencintai ahli baitnya, dan membaca al-Qur’an (HR. Ath-Thabrani).

Tiga hal yang diperintahkan Nabi untuk diajarkan kepada anak-anak kita terkait dengan puncak dan asas berbagai kecerdasan pada anak kita. Bisa jadi sebagian orang menyebut kecerdasan ini dengan kecerdasan spritual atau kecerdasan relijius. Karena memperkenalkan pribadi Nabi Muhammad saw sejak dini akan menjadi pondasi penting pembangunan akhlak Islam pada anak-anak. Jadikanlah sosok Nabi itu hidup dalam benak mereka dan sangat mereka cintai. Tak ada pribadi yang lebih indah budi pekertinya daripada Nabi Muhammad. Dan engkau (Muhammad) sunggu berakhklaq mulia (QS; al Kalam:4).

Dengan menghadirkan pribadi Nabi dalam keseharian anak-anak, mereka akan lebih mudah melaksanakan akhlaq Isalami, sebab ada sosok yang menjadi panutan dihadapan mereka. Menghadirkan sosok Nabi misalnya dapat dilakukan dengan mengisahkan betapa beliau pribadi yang penyayang kepada sesama manusia, betapa beliau amat penyantun, betapa beliau pemberani dalam membela kebenaran, betapa beliau taat kepada Allah dengan tekun beribadah dll. Teladani Keluarga Nabi, Keluarga Nabi adalah istri dan anak-anak beliau dan juga menantu beliau yang shalih. Tidak diragukan merekalah orang-orang terdekat dengan Nabi. Mereka pulalah orang-orang yang paling mencintai Nabi dan berusaha melanjutkan perjuangan

Nabi dalam menyebarkan ajaran Islam. Kisah tentang mereka pun akan menjadi inspirasi sangat berharga bagi anak-anak kita dalam meneladani Nabi. Mungkin kita mesti banyak menggali bagaimana Nabi ikut serta mendidik Hasan dan Husein, cucu beliau, yang bahakan kerap beliau anggap sebagai anak-anaknya sendiri.

Tentu saja, kita pun mesti menggali kisah bagaimana Nabi dan Syyidatina Khadijah mendidik putri-putri mereka dimasa kecilnya, yang bisa kita fahami dari petikan kisah Fatimah Az Zahra ra, putri beliau. Pada masa kecilnya Fatimah menyaksikan bagaiman ayahandanya gigih menda’wahkan Islam dan tidak sedidikt mendapatkan tantangan keras dari orang-orang. Tentu juga kita dapat banyak belajar dari bagaimana Nabi mengasuh dan mendidik cucu beliau Hasan Husein yang beliau anggap sebagai anak-anak sendiri, dimana pada saat yang sama beliau memimpin umat Isalam membangun masyarakat Islam di jazirah Arab. Tilawah Quran, Tilawah ini sangat penting artinya dalam pendidik. Tilawah menjadi salah satu tugas Nabi dalam mendidik manusia (QS. Ali Imran:164).

Tilawah artinya membaca. Untuk kalangan yang tidak berbahasa Arab, tentu saja tilawah yang benar mesti disertai usaha untuk mengetahui apa arti bacaan al Quran. Untuk itu, dalam kaitan pendidikan anak, kita mesti mengusahakan agar anak kita mengetahui paling tidak makna-makna penting dari ajaran Islam sejak dini. Misalnya sejak kecil kita telah menanamkan aqidah yang benar; memperkenalkan siapakah Allah dan bahwa Dia Pencipta segala sesuatu yang ada. Anak pun sejak dini diperkenalkan dengan ibadah shalat. Bahkan Nabi memberikan patokan usia 7 tahun sebagai usia dimana orang tua serius memperhatikan shalat anaknya dan ketika mencapai usia 10 tahun sudah boleh memberikan hukuman apabila si anak lalai dalam menunaikan sholatnya. Jadi, pengajaran nilai ajaran Islam sejak dini adalah pesan yang dapat kita petik dari perintah mengajarkan ”tilawah” kepada anak-anak ini.

Menghadapi anak yang berbohong


Referensi :mengenali permasalahan perkembangan anak usia tk,pengarang:rita eka izzaty, S.Psi.Psi,Depdiknas,Jakarta 2005

Berbohong adalah menceritakan suatu hal yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Berdasarkan pengamatan, ada beberapa bentuk kebohongan anak-anak, diantaranya :
1.  kebohongan yang dilakukan untuk menutupi kondisinya. Biasanya anak menggunakan cerita dengan berbohong adalah untuk membuat orang lain / teman sebayanya menghargai dirinya (misalnya anak bercerita tentang perkelahiannya melawan monster atau binatang-binatang buas yang membuahkan kemenangan bagi dirinya ). Bagi orang dewasa, hal ini sudah pasti dianggap sebagai bualan,tapi bagi anak-anak hal ini adalah cerita yang sangat menarik perhatiannya. Sebagai orangtua atau orang dewasa ( yang memiliki peranan penting bagi anak ) sebaiknya menanggapi hal ini dengan respon yang positif, karena dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi bagi anak.
2.   kebohongan yang dilakukan dengan membesar-besarkan cerita yang baru saja dilakukannya

3.   kebohongan yang dilakukan untuk membela dirinya dari hukuman yang ditimpakan pada dirinya. Biasanya anak-anak cenderung melakukan kebohongan apabila mereka merasa hukuman yang ditimpakan tidak sesuai dengan kesalahannya.

4.   kebohongan yang dilakukan karena meniru perilaku orang-orang disekelilingnya, atau tokoh-tokoh yang ikaguminya, misalnya :ketika ada seseorang yang datang kerumah mencari si ibu, dan ibu tidak ingin menemui orang tsb, lalu ia meminta si anak mengatakan bahwa ibunya sedang pergi atau tidak ada dirumah.

Hal ini jelas merupakan kebohongan yang secara langsung mudah diterima anak, sehingga membuat anak
merasa bahwa ternyata berbohong bukanlah hal yang salah atau tidak boleh dilakukan.
Namun ada yang perlu diperhatikan dalam mengamati masalah kebohongan anak. Berbohong yang   
dilakukan anak mengandung sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah kebohongan yang dilakukan mungkin merupakan gambaran terhadap apa yang dirasakannya (misalnya anak yang menceritakan tentang seekor anjing kecil yang sedih karena tidak memiliki teman ). Bila anak menceritakannya dengan ekspresi yang sedih, bisa jadi cerita tersebut mengisyaratkan akan perasaan sedihnya karena merasa ditinggalkan oleh teman-temannya . disisi lainnya, kebohongan anak dapat memunculkan efek negatif bila kebohongan dilakukan terus berlanjut dan mengarah pada kebohongan yang mengenai hal-hal nyata, misalnya kebiasaan mengambil barang yang bukan miliknya, tetapi ketika ditanya ia selalu memungkirinya. Ini yang perlu menjadi perhatian khusus bagi orang-orang dewasa/orangtua untuk mengarahkan dan memberikan tanggapan yang tepat yang akan merubah perilakunya menjadi lebih baik

Kiat-kiat menghadapi anak yang berbohong….
  1. memberikan penjelasan singkat yang mengandung unsur moral dan ketegasan bahwa jika ia berbohong akan membuat orang-orang/teman-teman di sekelilingnya tidak percaya lagi kepadanya bahkan akan menjauhinya 
  2. ketika anak berfantasi dengan ceritanya, berikan tanggapan positif lalu jelaskan tentang gambaran yang sebenarnya. Misalnya anak bercerita bahwa ia melihat seekor ular yang bisa terbang. Bagi orang dewasa tentunya ini hanyalah cerita fiktif yang dibuat-buat, tetapi tanggapan positif yang harus diungkapkan adalah dengan meluruskan dan menjelaskan bahwa ular yang ada tidak bisa terbang karena ular tidak memiliki sayap.
  3. mencari alasan kenapa anak selalu berbohong dengan menggunakan pertanyaan terbuka (dimulai dengan kata “apa”,bukan “mengapa”, karena dengan memulai pertanyaan mengapa membuat anak merasa diadili )

 

Menanamkan Nilai-Nilai Kebaikan Pada Anak


Sudah menjadi tugas dan kewajiban seorang guru untuk menjadikan anak-anak didiknya menjadi pribadi yang sukses dan juga mandiri dalam segala hal didalam kehidupannya, termasuk juga menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak. Hal ini bukanlah persoalan yang mudah bagi seorang guru untuk bisa mencapai target yang ada diatas karena membutuhkan kerja keras, kesabaran, strategi dan juga hal yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memberikan contoh dan teladan yang terbaik untuk mereka.
Menanamkan kebiasaan yang baik kepada anak haruslah dengan contoh-contoh real yang kemudian bisa anak-anak lihat secara real dengan mata kepala mereka. Contoh kasus anak-anak yang suka berteriak-teriak disekolah, bisa jadi karena mereka biasa diteriaki dirumahnya oleh orang tuanya, orang-orang yang mengasuhnya ataupun juga teman-teman sepermainannya. Banyak contoh dan kasus yang mungkin saja kita temukan didalam keseharian kita tentang ketidak-baikan yang dilakukan oleh anak adalah disebabkan oleh keburukan yang ditunjukkan oleh orang dewasa ataupun teman sepermainan yang ada disekitarnya.  Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan ketika kita ingin menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik terhadap anak yaitu :
1.         Berikan Qudwah atau Contoh yang Baik Terhadap Mereka
Sudah   pasti menjadi seorang guru haruslah bisa memberikan qudwah atau contoh yang terbaik terhadap anak-anak didiknya. Mana mungkin siswa yang kita didik menjadi pribadi yang baik jikalau kita saja sebagai seorang guru tidak memberikan contoh dan teladan yang baik terhadap mereka. Banyak hal yang kemudian bisa kita lihat didalam realitas dan kondisi pendidikan kita saat ini, manakala seorang guru hanya mengajarkan hal-hal yang sifatnya teoritis ataupun materi saja tetapi tidak mendorong siswa dari sudut pendidikan yang lainnya seperti tingkah lakunya, motivasinya dan lain-lain. Seharusnya janganlah kemudian kita menjadi bangga ketika anak didik kita berhasil secara akademik akan tetapi disisi yang lainnya mereka bodoh bahkan terpuruk dari segi moralitas, tingkah laku, cara berfikir dan hal-hal yang lainnya. Hal ini dikarenakan ketidak-perdulian kita terhadap hal-hal baik yang seharusnya kita contohkan kepada anak-anak didik kita.
2.         Berikanlah Reward dan Pujian
Kita pasti merasa senang dan gembira ketika pimpinan kita memberikan reward. Bisa jadi reward yang diberikan kepada kita bukanlah hal-hal yang besar. Janganlah kita  melihat besar atau kecilnya reward ataupun barang yang akan diberikan akan tetapi kita melihat kepada esensi dari pemberian reward itu yaitu untuk memberikan apresiasi terhadap apa yang kemudian dilakukan. Ingat bahwa apa yang kemudian kita berikan tidak harus melulu berupa barang akan tetapi bisa juga dalam bentuk ucapan seperti bagus, well done, Subhanallah dan lain-lain. Hal inilah yang kemudian akan membuat anak melakukan hal yang serupa terhadap temannya ataupun orang dewasa yang ada disekitarnya karena dia terbiasa melakukan kebaikan dan kemudian diapresiasi dengan hal-hal yang baik sehingga secara otomatis akan timbul kesadaran pribadinya.
3.      Berikanlah Siroh/Cerita yang Bisa Memotivasi Mereka
Banyak sekali buku-buku cerita yang kemudian bisa memotivasi anak untuk melakukan nilai-nilai kebaikan. Seperti cerita tentang bagaimana mendidik anak supaya gemar berinfaq, tidak jajan sembarangan, menghormati orang tua dan lain-lain. Kita yang sudah dewasa saja masih suka mendengarkan cerita-cerita ataupun guyonan apalagi anak-anak didik kita.
4.      Ingatkanlah Mereka pada Setiap Kesempatan Sehingga Hal Ini Menjadi Sebuah Kebiasaan dalam Kehidupan Mereka
Mendidik bukanlah hanya sekedar mengajarkan saja apa yang kemudian harus dicapai oleh siswa. Akan tetapi bagaimana sebuah teori ataupun muatan pendidikan itu sendiri bisa diaplikasikan oleh si peserta didik dalam keseharian mereka. Karena itu  ingatkanlah mereka pada setiap kali kita bersama mereka untuk melakukan nilai-nilai kebaikan itu dalam keseharian mereka. Harapannya adalah kemudian menjadi sesuatu yang secara otomatis akan teraplikasikan dalam kehidupannya tanpa ada paksaan.
5.      Ajak Mereka Kepada Sesuatu yang Sifatnya Riil dan Tidak Hanya Teoritis
Mengajak mereka dalam kegiatan BAKSOS, menunjukkan bagaimana sikap dan tingkah laku kita ketika berbicara dengan orang yang lebih tua ataupun yang lebih muda. Lemah lembut dalam berkata dan hal-hal yang baik lainnya akan membuat anak semakin ingat untuk senantiasa melakukan nilai-nilai kebaikan itu didalam kehidupannya. Janganlah kita hanya berkata-kata saja terhadap mereka akan tetapi juga berikanlah contoh real/aksi nyata terhadap mereka atas apa yang kemudian menjadi landasan teoritis dari apa yang kemudian kita lakukan.

 http://jisc.eramuslim.com/gentong_ilmu/display/193-cara-efektif-mendidik-anak

Written by : Your Name - Describe about you

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam id libero non erat fermentum varius eget at elit. Suspendisse vel mattis diam. Ut sed dui in lectus hendrerit interdum nec ac neque. Praesent a metus eget augue lacinia accumsan ullamcorper sit amet tellus.

Join Me On: Facebook | Twitter | Google Plus :: Thank you for visiting ! ::

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar...?

Trending Template

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...